BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metabolisme adalah suatu reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup (reaksi
biokimia). Pengertian ini mencakup dua hal yaitu katabolisme dan
anabolisme.
Untuk berlangsungnya dua reaksi tersebut diperlukan suatu aktivator yaitu
enzim.
Enzim adalah biomolekul berupa protein berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses
reaksi tanpa ikut bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Molekul awal yaitu substrat akan dipercepat perubahannya menjadi
molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung
pada suatu kondisi atau zat, yang disebut promoter. Semua proses
biologis sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan
molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik
yang membutuhkan energi
aktivasi lebih rendah,
sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi
aktivasi lebih tinggi dan membutuhkan waktu lebih lama. Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi
awal, pada reaksi akhir molekul katalis akan kembali ke bentuk semula. Enzim
tersusun atas gugus protein dan gugus nonprotein (Aisyah, 1993).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
menentukan aktivitas enzim amilase ?
1.3 Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu menentukan
aktivitas enzim amilase.
1.4 Manfaat Percobaan
Untuk
memberikan informasi dan gambaran tentang aktivitas enzim pada saat
mengkatalisis rekasi tertentu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Enzim merupakan suatu protein yang
disintesis oleh sel hidup yang berfungsi mengkatalis jenis reaksi kimia
tertentu yang terjadi di dalam dan di luar sel yang menghasilkannya.
Berdasarkan hal itu maka enzim juga dapat dinamakan sebagai biokatalisator. Enzim
bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan
dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim
menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah
terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya
setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi
kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat
tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses
perombakan pati menjadi glukosa.
Hal-hal
yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia pendidikan
tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri
tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama
dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan
cabang-cabang ilmu pertanian.
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun
atas dua bagian, yaitu bagian protein dan bagian yang bukan protein. Bagian
protein disebut apoenzim, bersifat labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh
oleh suhu dan keasaman. Bagian yang bukan protein disebut gugus prostetik
(aktif), terdiri atas kofaktor atau koenzim. Kofaktor berasal dari molekul
anorganik, yaitu logam, misalnya besi, tembaga, dan seng. Sedangkan koenzim
merupakan gugus prostetik terdiri atas senyawa organik kompleks, misalnya NADH,
FADH, koenzim A, dan vitamin B (Lehninger, 1993).
Kerja
enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama
sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah
molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang
meningkatkan aktivitas enzim.
Enzim
adalah suatu katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk
hidup atau dalam sistem biologis. Pada dasarnya adalah untuk menurunkan
keperluan energi aktivasi yang digunakan untuk reaksi kimia. Protein enzim
disebut dengan Apoenzim, mempunyai struktur 3 dimensi dan bagian yang bukan
protein disebut Koenzim. Diperkirakan ada 3000 macam enzim dalam sel. Dalam
mengkatalisis protein, enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah
enzim ribuan di dalam sel dan substrat pun sangat banyak, tidak akan terjadi
kekeliruan. Seperti protein pada umumnya, enzim dapat mengalami denaturasi oleh
berbagai faktor, seperti perubahan pH yang mencolok, temperatur, pelarut
organik, urea dan dapat dihambat oleh racun enzim (Poedjiadi, 1994).
Oleh
karena enzim adalah suatu protein, maka kemampuan mengkatalisis suatu reaksi
sangat erat hubungannya dengan struktur tersier dan kwartener dari molekul potein
tersebut. Oleh karena itu faktor lingkungan sangat mempengaruhi aktivitas
enzim. Kunci dari faktor lingkungan adalah terletak pada pH dan suhu. Enzim
merupakan senyawa makromolekul yang spesifik yang mempercepat reaksi biologis.
Tidak seluruh permukaan enzim aktif, dan bagian yang aktif relatif kecil.
Bagian aktif enzim adalah bagian enzim yang dapat mengikat substrat dan gugus
prostetik bila ada.
Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas
disebut denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi kimia
akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 10oC. Kenaikan
suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang dikatalisir oleh
enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan reaksi tersebut. Hal ini
disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim tersebut tidak dapat bekerja. Demikian
juga apabila kita memesan enzim-enzim dari perjalanan, dan enzim tersebut
disimpan dalam lemari es. Suhu rendah tidak merusak enzim tetapi hanya
menonaktifkannya saja.
Enzim mempunyai kemampuan
untuk membantu terjadinya reaksi yang umumnya berlangsung lambat pada temperatur
normal organisme, tetapi kemudian reaksi akan meningkat pesat dengan kehadiran
enzim. Enzim tediri dari molekul-molekul protein, oleh karena itu enzim
memiliki sifat-sifat umum protein. Enzim hampir sebagian besar larut dalam air
dan dapat dihidrolisis menjadi asam-asam amino. Enzim akan mudah terdenaturasi
dengan adanya perubahan temperatur yang ekstrim.
Konsentrasi
enzim juga mempengaruhi kecepatan reaksi. Semakin besar konsentrasi enzim
semakin cepat pula reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain, konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. Sisi aktif suatu enzim dapat
digunakan berulang kali oleh banyak substrat. Substrat yang berikatan dengan
sisi aktif enzim akan membentuk produk. Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif
enzim bebas untuk berikatan dengan substrat lainnya. Oleh karenanya dibutuhkan
sejumlah kecil enzim untuk mengkatalis sejumlah besar substrat.
Bila
jumlah enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan meningkat dengan adanya
peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada saat sisi aktif semua enzim
bekerja,penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim
lebih lanjut. Kondisi ini disebut konsentrasi substrat pada titik jenuh atau
disebut dengan kecepatan reaksi telah mencapai maksimum (V max).
Enzim
umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62
asam amino, sampai dengan lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Kerja enzim juga sangat dipengaruhi oleh zat
inhibitor, yaitu bahan yang menghambat kerja enzim. Ada 2 jenis inhibitor,
yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non kompetitif. Inhibitor kompetitif
bekerja dengan cara berikatan pada tempat aktif enzim. Akibatnya substrat yang
tidak bisa berikatan dengan enzim. Sedangkan inhibitor non kompetitif tidak
berikatan dengan tempat aktif, tetapi menyebabkan perubahan pada tempat aktif.
Ini pun berakibat substrat tidak bisa berikatan dengan enzim (Winarno,
1997).
Kebanyakan
enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian kecil
asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino)
yang secara langsung terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu
katalitik yang akan mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal
sebagai tapak aktif. Enzim juga
dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis.
Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali
merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama
seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino yang melipat. Tiap-tiap urutan
asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat kimiawi yang khas.
Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan membentuk kompleks protein.
Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan
menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi.
Enzim
memiliki sifat sebagai berikut yaitu kerja enzim bersifat spesifik atau khusus,
artinya bahwa satu enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat, enzim bekerja
pada suhu tertentu, enzim berkerja pada derajat keasaman (pH) tertentu, kerja
enzim dapat bolak-balik, artinya selain dapat memecah substrat juga dapat
membentuk substrat dari penyusunnya.
Enzim
bekerja berdasarkan prinsip kunci
dan anak kunci (lock and key). Pada salah satu sisi enzim terdapat
tempat aktif yang memiliki bentuk yang dapat berpasangan tepat sama dengan
bentuk permukaan substrat. Akibatnya satu enzim hanya dapat digunakan untuk
satu jenis substrat. Contoh enzim yang sering digunakan sebagai materi
praktikum adalah enzim katalase. Enzim ini
banyak terdapat pada organel peroksisom dan berfungsi memecah peroksida (H2O2)
yang bersifat toksik menjadi H2O dan O2 (Khopkar, 1999).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 05 November 2012 pada pukul
13.30-17.00 WIB, yang bertempat di Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan, Jurusan Kimia, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, preparat kaca, batang pengaduk,
bunsen, stopwatch dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah
amilum kentang, larutan JKJ, air, saliva 4 ml dan tissue.
3.3
Cara Kerja
Disiapkan saliva ke dalam 2 buah tabung rekasi
masing-masing sebanyak 2 ml. Dipanaskan tabung II pada bunsen sebelum
dimasukkan saliva 2 ml dan tabung I didiamkan pada suhu kamar. Pada kedua
tabung, dimasukkan 2 ml larutan pati atau starch kentang Solanum tuberosum, kemudian dihomogenkan. Tabung II dipanaskan
menggunakan bunsen hingga mendidih dan tabung I didiamkan pada suhu kamar.
Diteteskan masing-masing larutan camapuran anatara saliva dan larutan pati
tersebut ke kaca preparat masing-masing sebanyak 3 tetes, kemudian meneteskan
larutan JKJ/I2KI sebanyak 3 tetes kemudian mengaduk campuran
tersebut. Diamati perubahan warna yang terjadi, dimana melakukan perhitungan
waktu menggunakan stopwatch pada 2 menit pertama, 2 menit kedua dan seterusnya
hingga 10 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
|
Perubahan warna pada per menitnya
|
||||
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
|
Tabung 1
(suhu ruang)
|
Biru kehitaman
|
Biru tua
|
Biru muda
|
Biru hampir bening
|
bening
|
Tabung 2
(Pemanasan)
|
Coklat muda
|
Coklat tua
|
Coklat tua
|
Coklat tua
|
Coklat tua nya memudar
|
4.2 Pembahasan
Analisis kimia pada
dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang dikenal dengan analisis
secara kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam
sampel uji. Contohnya pengamatan perubahan warna larutan sampel pada tabung
reaksi. Analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui
kadar suatu senyawa dalam sampel. Contohnya perhitungan konsentrasi. Pada
percobaan ini kita menggunakan analisa kualitatif yaitu dengan mengamati perubahan
warna per menitnya secara kontinu menggunakan panca indera mata.
Biokatalisator
adalah senyawa yang mempercepat reaksi metabolisme tanpa mengalami perubahan
struktur kimia. Peranannya adalah dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Energi aktivasi adalah energi terkecil yang dapat menyebabkan berjalannya suatu
reaksi, sehingga dengan adanya enzim, proses pembakaran yang dapat terjadi
apabila suhu substrat di atas 100o C
dapat berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup hanya dengan suhu lingkungan
yang tidak membahayakan.
Gugus prostetik
dibedakan menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang pada umumnya
merupakan vitamin, seperti vitamin B1dan vitamin B2. Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Beberapa
jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim.
Pemanasan amilase dimaksudkan untuk menaikkan suhu enzim, dan digunakan
sebagai sampel perbandingan dengan sampel amilase yang disimpan pada suhu
kamar. Hal yang diamati adalah aktivitas enzim amilase dalam pemecahan larutan
pati per manitnya. Larutan lugol berfungsi untuk menunjukkan kandungan bahan
makanan jenis amilum (tepung).
Reaksi kimia itu dapat
dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh
suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu
dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Untuk melihat pengaruh enzim amilase
terhadap larutan pati, dalam percobaan ini digunakan enzim amilase yang
terdapat pada saliva. Larutan pati yang berperan sebagai substrat yang akan
direaksikan oleh enzim amilase. Dalam reaksi yang terjadi, enzim amilase
berperan aktif sebagai katalis yang akan mempercepat laju reaksi penguraian
larutan pati (amilum) menjadi amilosa dan amilopektin. Larutan iodium berperan sebagai indikator warna untuk
menandai aktivitas enzim amilase pada larutan pati.
Dalam percobaan ini
digunakan 2 buah tabung yang masing-masing diberikan perlakuan yang berbeda.
Tabung I dibiarkan tetap dengan suhu kamar dan tabung II dipanaskan hingga
mendidih. Dengan demikian kita dapat
melihat pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase dalam memecah amilum
karena pada tabung yang dipanaskan,
tidak terjadi perubahan warna sedangkan yang tetap pada suhu kamar mengalami
perubahan dari warna biru kehitaman menjadi bening.
Pada tabung I, setelah
2 menit pertama setelah penambahan iodium warna larutan biru tua, setelah 4
menit larutan berubah warna menjadi biru, pada menit ke-6 larutan menjadi
berwarna biru bening. Pada menit ke-8 larutan terus berubah warna menjadi
hampir bening, akhirnya pada
menit ke-10 larutan menjadi bening karena enzim amilase dapat bekerja dengan
baik sehingga amilum yang terdapat dalam sari kentang dapat dipecah. Sedangkan
pada tabung II setelah penambahan larutan iodium, mulai dari menit ke-2 sampai menit
terakhir, yaitu menit ke 10 larutan tidak mengalami perubahan warna atau dalam
hal ini tetap berwarna coklat tua, karena
enzim amilase yang telah dipanaskan tidak dapat lagi menguraikan amilum.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Pada suhu kamar, enzim amilase
bekerja dengan sangat baik dalam mengurai amilum.
2. Enzim amilase tidak dapat bekerja dengan baik dalam memecah
amilum jika suhunya dinaikkan.
3. Suhu sangat mempengaruhi kerja enzim
amylase, bahkan bisa sampai terdenaturasi.
4. Salah satu enzim yang penting dalam sistem
pencernaan manusia adalah enzim amilase, enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia.
5. Kofaktor dan koenzim berfungsi
sebagai senyawa pembantu aktivitas enzim.
1 komentar:
Amylase is a protein enzyme EC 3.2.1.1 that hydrolyses alpha bonds of large, alpha-linked polysaccharides, such as starch and glycogen, yielding glucose and maltose. It is the major form of amylase found in Humans and other mammals. α amylase
Posting Komentar