BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DNA adalah rantai double heliks berpilin yang terdiri
atas polunikleotida, yang berfungsi sebagai perawis sifat dan sintesis protein.
DNA terdiri dari dua polimer panjang unit sederhana yang disebut nukleotida,
dengan tulang punggung yang terbuat dari gula dan gugus fosfat bergabung dengan
ikatan ester.
Metode
isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dengan komponen lain dari sel seperti
protein, glukosa, air dan lain sebagainya. Isolasi DNA merupakan langkah
mempelajari DNA. Salah satu prinsip isolasi DNA yaitu dengan sentrifugasi.
Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat
molekul komponennya. Tahapan yang dilakukan dalam pemisahan ini yaitu pemecahan
sel, pengeluaran DNA dari nukleus dan pengendapan DNA. Pemecahan sel dapat
dilakukan secara fisik maupun kimiawi. Pada sel tumbuhan, digunakan detergen
untuk mendegradasi dinding selnya. Pada metode ini, digunakan NaCl untuk
memekatkan warna DNA, kloroform untuk memisahkan DNA dengan protein, buffer
sebagai larutan penyangga dan etanol untuk mengendapkan DNA (Bambang 2007: 121).
Pada
percobaan kali ini digunakan hati ayam dan pepaya sebagai sampel. Digunakan
sampel ini karena hati ayam dan pepaya memiliki kandungan DNA yang banyak dan
enzim DNAase yang sedikit serta mudah untuk dihaluskan. DNAase mempengaruhi
jumlah dari DNA.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud
dengan metode pengendapan pelarut etanol, bagaimana langkah-langkah metode pengendapan pelarut
etanol
serta apa perbedaan antara
mengisolasi DNAdari hati ayam dan buah-buahan.
1.3 Tujuan Percobaan
Dari percobaan ini diharapkan
mahasiswa mampu mengisolasi DNA dari hati ayam dan dari buah-buahan yaitu
pepeya dengan metode pengendapan pelarut etanol.
1.4 Manfaat Percobaan
Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan isolasi DNA
dan mengetahui langkah-langkah
isolasi DNA serta mengetahui
perbedaan antara isolasi DNA dari hati ayam dan buah pepaya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Preparasi
DNA dari sel-sel atau jaringan tanaman yang harus diperhatikan adalah jaringan
tanaman diperlakukan terlebih dahulu dalam Nitrogen cair (NO2) dan segera
dilakukan penggerusan agar diperoleh ekstrak sel yang halus, kemudian ekstrak
sel diperlakukan dengan ekstrak buffer yang dicampur dengan β–merkaptoethanol (fresh) dan
selanjutnya seperti jaringan atau organisme yang lain.
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau
pembuangan dinding sel, yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti
sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti
pemberian lisozim. Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang
relatif lunak dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik,
sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang
kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS).
Pada eukariot, langkah ini harus disertai dengan
perusakan membran nukleus. Setelah sel mengalami lisis, remukan-remukan sel
harus dibuang. Biasanya pembuangan remukan sel dilakukan dengan sentrifugasi.
Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik
seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi dan dihancurkan secara
enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari protein dan
remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk
membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut
kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan
sentrifugasi (Fatchiyah
2011: 189).
Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan,
baik untuk DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk memilih di
antara kedua macam molekul DNA ini yang akan diisolasi dapat digunakan dua
pendekatan. Pertama, plasmid pada umumnya berada dalam struktur tersier yang
sangat kuat atau dikatakan mempunyai bentuk covalently closed circular (CCC),
sedangkan DNA kromosom jauh lebih longgar ikatan kedua untainya dan mempunyai
nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan DNA plasmid
jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom.
Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid
dengan DNA kromosom.
Prinsip-prinsip
dalam melakukan isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Prinsip
utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul
dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat
akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di
atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama
mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi, contohnya 2500 rpm (Suharno 2007: 104).
Pada dasarnya isolasi DNA dapat
dilakukan dari berbagai sumber, antara lain organ manusia, darah, daun, daging
buah, serangga, kalus, akar batang, daging dan sisik ikan. Pada individu yang
sama DNA yang diperoleh dari berbagai sumber akan memiliki jenis jumlah dan
ukuran yang sama. DNA yang diisolasi
dari tanaman seringkali terkontaminasi oleh polisakarida dan metabolit sekunder
seperti tanin, pigmen, alkaloid dan flavonoid. Sedangkan DNA dari hewan lebih
banyak mengandung protein. Salah satu kesulitan isolasi DNA dari tanaman tinggi
adalah proses destruksi dinding sel untuk melepaskan isi sel. Hal ini
disebabkan karena tanaman memiliki dinding sel yang kuat dan seringkali pada
beberapa jenis tanaman, kontaminasi tersebut sulit dipisahkan dari ekstrak asam
nukleat. Kehadiran kontaminasi di atas dapat menghambat aktivitas enzim,
misalnya DNA tidak sensitif oleh enzim restriksidan menggangu proses
amplifikasi DNA dengan PCR. Demikian pula pada hewan yang memiliki kandungan
kitin (seperti serangga), memerlukan teknik dan metode khusus untuk
menghancurkan sel hingga isi dapat terpisah atau keluar dari sel (Nuraini 2011: 56).
Asam
nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida, jika
unit-unit pembangunnya dioksinukleotida maka asam nukleat itu disebut
dioksiribonukleat (DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida disebut
asam ribonukleat (RNA). DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika
yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu
melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu mononukleotida dan posisi
5′ pada mononukleotida lainnya.
Asam-asam
nukleat seperti asam deoksiribosa nukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA)
memberikan dasar kimia bagi pemindahan keterangan di dalam semua sel. Asam
nukleat merupakan molekul makro yang memberi keterangan tiap asam nukleat
mempunyai urutan nukleotida yang unik sama seperti urutan asam amino yang unik
dari suatu protein tertentu karena asam nukleat merupakan rantai polimer yang
tersusun dari satuan monomer yang disebut nukleotida.
DNA
terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada
struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan
dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa
nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai
pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat
pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenin
(dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine), guanin (G), dan timin (T). Adenin
berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin berikatan dengan sitosin (Pratiwi 2007: 79).
Satuan terkecil
dari makhluk hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh inti sel
(nukleus). Di dalam inti, terkandung substansi genetik yang terdapat dalam
kromosom. Kromosom tersusun atas DNA yang berkondensasi bersama protein
histon di dalam inti sel, membentuk struktur bernama nukleosom. DNA
(deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiriboneukleat merupakan substansi
pembawa pembentuk nukleosom. Nukleosom-nukleosom berkelompok dan membentuk benang yang lebih kompak, yang dinamakan benang kromatin.
pembawa pembentuk nukleosom. Nukleosom-nukleosom berkelompok dan membentuk benang yang lebih kompak, yang dinamakan benang kromatin.
Benang kromatin ini
ditemukan di dalam inti sel. Ketika sel akan membelah, benang kromatin
membentuk pilinan yang semakin padat sehingga dapat terlihat menggunakan
mikroskop. Struktur yang dihasilkan oleh pengompakan benang kromatin tersebut
dikenal sebagai kromosom. Sebelum sel membelah, molekul DNA dari setiap
kromosom berduplikasi sehingga terbentuk lengan kromosom ganda yang
disebut kromatid. Pada kromosom terdapat suatu daerah terang yang tidak
mengandung gen, dinamakan sentromer. Bagian ini memiliki peranan sangat penting
pada proses pembelahan sel. Di bagian inilah benang gelendong menempel
untuk bagian kromosom pada masing-masing kutub pembelahan yang berlawanan (Srikini 2008: 92).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 November 2012 pada pukul
13.30-17.00 WIB, yang bertempat di Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan, Jurusan Kimia, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang
pengaduk, beker gelas 100 mL, blender, corong, garpu, gelas ukur 50 mL, kertas
saring, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah buah kiwi,
bufer garam faal, detergen, etanol absolut, eter, hati sapi, kloroform-amil alkohol, dan NaCl.
3.3
Cara Kerja
3.3.1. Isolasi DNA dari hati ayam
Sebanyak 5 gram hati
ayam dicincang menjadi bagian-bagian yang halus. Dihancurkan dengan mortal
dalam 50 ml buffer garam faal selama satu menit. Sentrifugasi suspensi pada kecepatan 5000 rpm selama 15
menit, buang supernatan dan suspensikan kembali endapan dengan 2 mol/L.
Dibersihkan endapan, angkat endapan fibrous.
Lalu
dilarutkan deoksiribonukleoprotein 20 mL NaCl 2 mol/L. Ditambahkan larutan
kloroform, campur dan blender selama 30 detik. Sentrifugasi lagi selama 5
menit. Kumpulkan supernatan
dan endapan fibrous, pisahkan DNA dan air dengan etanol.
3.3.2. Isolasi DNA dari buah pepaya
Dipotong buah pepaya dan haluskan dengan garpu dalam gelas kimia.
Ditambahkan 3 gram NaCl dan 10 mL detergen dan aduk.
Didiamkan cairan beberapa menit lalu dipindahkan dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 9 ml larutan etanol dingin, biarkan selama beberapa menit sampai
terbentuk lapisan DNA berupa gelatin putih. Dililitkan DNA pada batang pengaduk dan larutkan dalam air.
0 komentar:
Posting Komentar