BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat
secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari
molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat
(H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk
melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan
bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Ada
banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi
maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu
ialah sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet,
sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber
flavor (karamel), dan sebagai sumber serat bagi makhluk hidup.
Karbohidrat adalah
sumber energi utama bagi tubuh manusia. Manusia memenuhi kebutuhan karbohidrat
setiap harinya dari makanan pokok yang dikonsumsi, seperti dari beras, jagung,
sagu, ubi, dan lain sebagainya. Akan tetapi bukan berarti karbohidrat hanya
terdapat pada golongan bahan makanan yang telah disebutkan di atas, pada
golongan buah dan beberapa jenis sayur dan kacang- kacangan juga terdapat
kandungan karbohidrat meskipun kandungannya tidak sebanyak golongan serealia
dan umbi (Apriyanto, 1999).
Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Untuk dapat
mengetahui kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makanan dapat dilakukan
berbagai macam uji kuantitatif. Pada praktikum kali ini metode analisa
kuantitatif karbohidrat yang dilakukan adalah metode Luff Schoorl.
Karbohidrat
secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari
molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat
(H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua
macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula
menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula
adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang dapat
dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.
Pati atau amilum
adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih,
tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan
untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka
panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang
penting (Hartati, 2002).
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana metode penganalisaan kandungan
glukosa dari suatu bahan ?
1.3
Tujuan
Percobaan
Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu
meganalisa kandungan glukosa dari suatu bahan menggunakan metode luff schoorl.
1.4 Manfaat Percobaan
Dapat membantu para ahli gizi makanan untu
menganalisa kadar karbohidrat dengan metode kuantitatif Luff Schoorl dengan
cara menghitung kadar gula pereduksi dalam suatu bahan makanan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan
untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas.
Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam
oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah
glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang
mempunyai kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu
gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip
analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan untuk
mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat
mereduksinya.
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan
karboohidrat melalui penetapan kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula
reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang
mengendap tetapi dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang
dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi
yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl adalah
mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI.
Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk
mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila
larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai.
Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan
tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula
reduksi (Khopkar, 1999).
Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Monosakarida akan
mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan
direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita
akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana
proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam
larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya
yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya
dengan dengan banyaknya oksidator (Rivai, 2005).
Metode
Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff
Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran
yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur
Lae-Eynon.
Inversi
sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula
invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan
dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi
sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan
berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling
cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5).
Penentuan
kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan
proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan
kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah
pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl.
Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan
gula dalam sampel.
Metode
ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula
dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari
tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat
ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline
dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan
kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga
(I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya
didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005).
Gula
pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan
dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif
dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama
ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri,
polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari
senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff,
Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Hasil
analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula
pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula
pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara
lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai
untuk senyawa yang tidak tahan panas.
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula
pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara
monosakarida dengan larutan cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam
larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih,
sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri
karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas
dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida
berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996).
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam
larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi
dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip
metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi
dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk
kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam
suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum
titik ekivalen.
Gugus
hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan fruktosa pada
C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang relative,karena keduanya
saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas atom C-1 pada gugus
glukosanya, sehingga laktosa bersifat pereduksi sedangkan sakarosa
nonpereduksi. Inversi sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak
dapat berbentuk Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi, 2007).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 Oktober 2012 pada pukul 13.30-17.00
WIB, yang bertempat di Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan, Jurusan Kimia, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, gelas ukur, pendingin tegak, buret, labu
takar, corong kaca, dan pipet ukur. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah
sampel yang mengandung karbohidrat, Pb asetat, Na2CO3
anhidrat, reagen Luff Schoorl, KI 20%, H2SO4 26,5%,
Na-thiosulfat 0,1 N, dan indikator pati 1%
3.3 Cara Kerja
Dilarutkan
2 gr susu ke dalam aquades, dimasukkan ke dalam labu takar. 25 ml Reagen Luff
Schoorl dicampurkan dengan 25 ml aquades di Erlenmeyer 1. Kemudian dididihkan,
masukkan batu didih, lalu dinginkan. Pada Erlenmeyer 2, 25 ml larutan susu
dicampurkan dengan Reagen Luff Schoorl, kemudian dididihkan dan masukkan batu
didih dan dinginkan. Blanko dan sampel diteteskan dengan KI 20% masing-masing
15 ml dan 25 ml H2SO4 sedikit demi sedikit. Kemudian
Blanko dan sampel dititrasi dengan Na2S2O3
sebanyak 45,6 ml dan 30 ml masing-masing kedalam blanko dan sampel, kemudian
ditambah amilum 3 ml. Diamati perubahan warnanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Diketahui :
Vsampel = 30 ml
Vblanko =
45,6 ml
N. Na2S2O3
= 0,095 N
Ditanya : % Karbohidrat ?
Dijawab :
·
Sampel (b – a) = ![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
= ![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
= ![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
15
ml = ∆glukosa = 2,8
·
Mg glukosa = (Vsampel ×
∆glukosa) + 38,5
= (30 × 2,8) + 38,5
= 84 + 38,5 = 122,5 mg =
0,1225 gr
·
% Karbohidrat
= ![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.gif)
= ![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.gif)
= 6,125 %
4.2
Pembahasan
Luff schrool merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi. Sample
yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah cracker beras yang banyak beredar
dipasaran. Praktikum kali ini dilakukan untuk menetapkan kadar glukosa
pada berbagai jenis cairan yang mengandung gula dengan menggunakan metode luff
schoorl. Jenis cairan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan susu.
Berbagai senyawa yang termasuk
kelompok karbohidrat dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida,
golongan oligosakarida dan golongan polisakarida. Monosakarida ialah
karbohidrat yang sederhana, hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja, tidak
dapat diuraikan dengan cara hidrolisis. Monosakarida yang paling sederhana
ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Senyawa yang termasuk oligosakarida
mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Polisakarida
yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida,
sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Polisakarida
umumnya berupa senyawa berwarna putih, tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai
rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Polisakarida yang dapat larut
dalam air akan membentuk larutan koloid. Contoh polisakarida yang penting
amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa.
Dalam praktikum ini, analisis karbohidrat dilakukan dalam 2
cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan
untuk mengetahui apakah dalam sampel susu mengandung karbohidrat atau tidak
dengan menggunakan pereaksi yaitu Reagen Luff Schoorl. Penentuan kadar
karbohidrat secara kuantitatif dilakukan melalui metode Luff-Schoorl dengan
prinsip dasarnya adalah hidrolisis karbohidrat dalam sampel susu menjadi
monosakarida yang dapat mereduksi Cu₂⁺ menjadi Cu⁺
Dalam pengujian karbohidrat dengan
metode luff schrool ini pH larutan harus diperhatikan dengan baik, karena pH
yang terlalu rendah (terlalu asam) akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih
tinggi dari sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2.
Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan
menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi
resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk
dengan air (hidrolisis).
Setelah sampel dimasukan dalam
Erlenmeyer 25 mL, kemudian ditambahkan larutan luff schoorl sebanyak 25 mL, dan
25 mL aquadest. Kemudian panaskan dengan pendingin tegak. Larutan luff schoorl
akan bereaksi dengan sampel yang mengandung gula pereduksi.
Campuran tersebut ditambahkan batu
didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping).
Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan
mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan
sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak
terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+
sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka
larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3 menit.
Campuran tersebut kemudian
didinginkan dalam bak yang berisi es. Agar pendinginan berlangsung cepat, maka
pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah campuran dingin kemudian
ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25 ml
perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara
kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4,
dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI.
Reaksi tersebut ditandai dengan
timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut kemudian
dititrasi cepat dengan menggunakan larutan Natrium thio sulfat (Na2S2O3)
0,095 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI. Indikator yang
dipergunakan adalah amilum. Penambahan indicator amilum dilakukan setelah campuran
mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal
titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir
menjadi tidak terlihat tajam. Maka berdasarkan praktikum dan perhitungan, kadar
karbohidrat dalam sampel susu adalah 6,125%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan,
dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Dari berbagai perlakuan
terhadap sampel (larutan susu) yang kami analisa dalam uji analisa kuantitaif
Luff Schoorl, didapat data yang sesuai dengan teori. Hal ini menandakan proses
analisa yang kelompok kami lakukan tidak menyimpang atau bertentangan dengan
teori.
2. Pada
saat pemanasan, digunakan batu didih untuk menjaga tekanan didalam Erlenmeyer.
3. Digunakan
indikator pati agar warna larutan tidak terlalu pekat.
4. Penentuan kadar
karbohidrat dengan metode luff schrool dilakukan dengan menghidrolisis sample
menjadi monosakarida yang dapat mereduksi oksida pada luff yaitu Cu2+ menjadi Cu+.
5. Kandungan
glukosa pada 2 gr sampel susu sebanyak 6,125%.
5.2
Saran
Dalam menentukan penetapan kadar
gula ini, sebaiknya praktikan lebih cermat dalam melakukan langkah-langkah
percobaan seperti penimbangan sampel awal agar tidak terjadi kesalahan yang
akan berpengaruh pada perhitungan kadar gula sampel.
DAFTAR
PUSTAKA
Apriyanto, A. 1999. Petunjuk Laboratorium
Analisis Pangan. Bogor: Graha Utama
Hartati. 2002. Analisis
Kadar Pati dan Serat.
Yogyakarta: Kanisius Swantara
Khopkar, S. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI
Press
Rivai, H. 2005. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI
Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Rivai, H. 2005. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI
Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Poedjiadi,
Anna. 2007. Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
0 komentar:
Posting Komentar